Friday, October 29, 2010

Cara Mendapatkan Ilmu Laduni Menurut Alqur’an dan Sunnah

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs036.snc3/12401_103279126374440_100000770595461_52990_711557_n.jpg


Abu Haidar

Alumni Madrasah Darussa’adah – Gunung Terang – Bandar Lampung

www.salafytobat.wordpress.com

link : www.darulfatwa.org.au

Bismillah….

Sebelum membaca artikel ini, mari luruskan dahulu yaqin kita kepada Allah….

Bahwa Makhluq ini tidak kuasa, tapi Allah yang maha kuasa!

Belajar (menuntut ilmu) diwajibkan untuk semua muslimin dan muslimat (hadits).

Tapi Hakikatnya ilmu dtang dari Allah bukan dari Belajar. Begitu pula rezeki datang bukan dari kerja kita.!

Kita Belajar karena perintah Allah dan Sunnah Nabi.

Jika Allah kehendaki, dengan belajar – Allah berikan ilmu

Jika Allah kehendaki, dengan belajar – tapi Allah tidak berikan ilmu

Jika Allah kehendaki, tanpa belajar pun – Allah berikan ilmu

Laailaha illallah

Belajar itu makhluq, Allah yang kuasa

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Ilmu laduni /ilmu mauhub merupakan salah satu ilmu yang harus dimilki oleh orang yang ingin menjadi ahli tafsir alqur’an. Disamping harus mengusai 14 cabang ilmu lainnya seperti ilmu lughah, nahwu, saraf, balaghah, isytiqoqo, ilmu alma’ani, badi’, bayan, fiqh, aqidah, asbabunuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat, ilmu hadits, usul fiqah ( hukum-hukum furu’) dan ilmu mauhub ( fadhilah alqur’an, syaikh maulana zakariyya).

Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.

A. Dalil-dalil ayat Al-qur’an tentang ilmu laduni/mauhub

1. “Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282)

2. “Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al’ankabut [69] ayat 69).

3. “Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (QS Thaha [10] ayat 113).

4. “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. “(QS. Al-qashash [28], ayat 7).

5. “Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi: 65).

B. Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni

1. Hadits Bukhari -Muslim :

Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.” (Muttafaqun ‘alaihi)

2. Hadits At Tirmidzi :

“Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi ilmu laduni ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah”. (H.R At Tirmidzi).

3. Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib Ra:

Ilmu batin merupakan salah satu rahasia Allah ‘Azza wa Jalla, dan salah satu dari hukum-hukum-Nya yang Allah masukkan kedalam hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya”.

4. Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam kitab Al-Hilyah :

Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) selama 40 hari maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam alhilyah).

5. Hadits riwayat Imam Ahmad Dalam kitab al-hikam

Nabi SAW bersabda :” Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu Yang Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu Yang Belum Ia Ketahui”.

Imam Ahmad bin Hanbal ra. Bertemu dengan Ahmad bin Abi Hawari, maka Ahmad bin Hanbal ra. “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapati dari gurumu Abu Sulaiman ra. “. Jawab Ibnu Hawari : “Bacalah subhanallah tanpa kekaguman”.Setelah dibaca oleh Ahmad bin Hanbal ra. : “Subhanallah” Maka berkata Abil Hawari ra. : “Aku telah mendengar bahwa Abu Sulaiman berkata : “ Apabila jiwa manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, nescaya akan terbang kea lam malakut (di langit), kemudian kembali membawa berbagai ilmu hikmah tanpa berhajat pada guru”. Imam Ahmad Bin Hanbal ra. Setelah mendengar keterangan itu langsung ia bangkit bangun/berdiri dan duduk ditempatnya berulang tiga kali, lalu berkata : “Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk islam”. Ia sungguh puas dan sangat gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits tadi.

(Tarjamah Kitab Alhikam Syaikh Ibnu Athoillah, H Salim Bahreisy, Victory Agencie, Kuala Lumpur, 2001, pp 33-34., Hadits ini juga tertulis di Fadhilah alqu’an penjelasan hadith ke 18, hal 25-27, Syaikh Maulana Zakariyya, era ilmu kuala lumpur)

6. Dalam hadits majmu (Himpunan) hadist qudsy

Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan hati) dan ‘ilm [1].” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmKu.”

7. Dalam hadits qudsy (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn ‘Abd al-Hakam wafat 257 H).

Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa As. berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus

Perkara ini telah dijelaskan oleh sayyidina ‘ali ra. saat beliau menjawab pertanyaan orang ramai, “apakah beliau telah mendapatkan ilmu khusus atau wasiat khusus dari Rasulullah saw. yang hanya diberikan kepada beliau dan tidak kepada orang lain?”

Hazrat ‘ali ra. menjawab :” Demi Tuhan yang telah menciptakan surga dan jiwa-jiwa, aku tidak pernah mendapat apa-apa selain daripada ilmu yang Allah berikan kepada seseorang untuk memahami alqur’an!”

ibnu abi dunya rah. berkata bahwa pengetahuan daripada Al-quran dan apa-apa yang didapati daripada alqu’an begitu luas daripada alqur’an. Seorang pentafsir harus mengetahui 15 cabang ilmu yg disebutkan diatas. Tafsiran orang yang tidak mahir dalam ilmu-ilmu ini adalah termasuk tafsiran bil-rakyi (tafsir menurut fikiran sendiri) yang hal ini DILARANG OLEH SYARA’. Para sahabat ra. mendapat ilmu bahasa arab secara tabii dan ilmu-ilmu lain mereka dapati langsung dari ilmu kenabian (nabi SAW).

Nabi SAW bersabda :” Barang siapa yang berfatwa dalam masalah agama, tanpa ada ilmu maka baginya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya ” (HR. Imam suyuti).

Jadi Ilmu laduni = ilmu dari Allah asbab hasil amal...karena Allah telah tunjukan cara mendapatkannya pada kita.

C. Cara mendapatkan ilmu dari Allah Swt.

ilmu laduni dan cara/jalan untuk mendapatkannya didalam ALQU’AN DAN HADITS :

1. Belajar

Termasuk bertanya dengan para ulama. Hendaknya belajar dengan guru mursyid yang menjaga dzikir dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

2. TAKUT KEPADA ALLAH

kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat dari alqur’anulkarim :

“wataqullaha wayu’alimukumullah” (Qs. Al baqarah ayat 282)

artinya : “Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian(Qs. Al baqarah ayat 282)

Sifat takut/tunduk/patuh hanya kepada Allah, sangatlah mulia. Bukan saja ilmu laduni yang Allah beri tapi Allah akan tundukan semua makhluq padanya bahkan para malaikatpun akan berkhidmad dan senantiasa membantunya (atas izin Allah), sebagai mana maksud dari haidts nabi SAW :

Nabi saw bersbda : “man khofa minallahi khofahu kulla syai waman khofa ghoirallah khofa min kulli syai”

artinya : “Barang siapa yang takutnya hanya kpd Allah maka Smua makhuq akan takut/tunduk padanya. Barangsiapa takut/tunduknya kpd selain Allah maka semua makhluq akan (menjadi asbab) ketakutan baginya

Lihatlah kisah-kisah salafushalih kita, bagaimana pasukan dakwah sahabat berjalan diatas air melintasi sungai tigris irak, pasukan dakwah sahabat yang berjalan melintasi laut merah, mu’adz bin jabal ra shalat 2 rekaat maka gunung batu yang besar terbelah dua-membuka jalan untuknya, para sahabat terkemuka boleh mendengarkan dzikir benda-benda mati (roti dan mangkuk) .

Abu dzar alghifary ra. atas perintah khalifah umar ra., beliau ditugaskan utk memasukan kembali lahar gunung berapi yang sudah keluar dari kawahnya. maka atas izin Allah, lahar panas tsb masuk kembali ke kawah gunung tsb (hayatushabat).

Abdullah atthoyar ra. boleh terbang seprti malaikat yang punya sayap, maka ketika ditanya oleh rasulullah, apa yang menjadi asbab Allah berikan karomah tersebut, maka beliau menjawab ” saya pun tidak tahu, tapi mungkin karena aku dari sebelum saya masuk islam sampai sekarng pun saya tidak pernah minum khamr, …dst”.

3. MENGAMALKAN ILMU YANG DIKETAHUI

sebuah hadits menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :

“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”

Artinya : Nabi SAW bersabda :” BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA KETAHUI”

4. TIDAK MENCINTAI DUNIA

‘alammah suyuti rah. berkata :“kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain….”

Sebagaimana dalam sebuah hadits, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya : “Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar” (Fadhilatushaqat).

5. Berdoa

Semua itu datang bagi Allah, maka Rasulullah mencontohkan kepada kita agar senantiasa berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dari Allah swt. Sebagaimana dalam al-qur’an disebutkan :

“Wa qul rabbi zidnii ilma“

Artinya : Allah Swt. Berfirman : “Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS Thaha [10] ayat 113)

Untuk menumbuhkan rasa takut pada Allah dengan dzikir

Untuk menumbuhkan zuhud pada Allah dengan mujahadah

Sedangkan Doa akan diterima jika kita ikhlash…..

Untuk itu kita harus belajar dan dibimbing oleh guru-guru yang mursyid.

6. Berdakwah

ika kita berdakwah (amr bil ma’ruf wa nahya ‘anil munkar) atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka Allah akan berikan kepada kita ‘ilm wa hilm (’ilmu dan kelembutan hati) langsung dari qudrat Allah swt. Sebagaimana Dalam surat al-‘ankabut ayat terakhir :

“Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al’ankabut [69] ayat 69).

Lafadz “ subulana” atau “jalan-jalan kami” bermakna juga “jalan-jalan petunjuk dari Allah” atau “jalan-jalan hidayah (ilmu-ilmu islam yang haq)”.

Sebagaimana juga dalam hadits qudsi (kurang lebih maknanya) tatkala Allah menceritakan keutamaan umat akhir zaman kepada Nabi isa as.,

Dari Abu Darda Ra. berkata : “Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabada, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada Isa As. : “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan/kemurahan hati) dan ‘ilm (ilmu) .” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmu-Ku.” [HR. Hakim. Katanya Hadits ini shahihmenurut syarat Bukhary, tetapi ia tidak meriwayatkannya, sedangkan adzahaby menyepakatinya". I/348]

Keterangan : Hadits ini juga terdapat pada Muntakhab hadits SyaikhulHadits Maulana Yusuf, Hadits No. 27, Bab ikhlash dan Juga terdapat pada kitab Ucapan Nabi Isa as dalam kisah-kisah literature umat islam, Tarif Khalidi.

Mengenai kisah dakwah kaum hawariyyin (pengikut Nabi Isa as.) :

- Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus. (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn ‘Abd al-Hakam wafat 257 H).

ilmu laduniadalah karunia khusus/khas bagi hambanya, terlebih bagi mereka yang telah ma’rifat. Orang yang telah ma’rifat akan mendapatkan segala-galanya karena tidak ada keinginan dunia dalam hatinya.

Nabi SAW bersabda : “man wajadallah wajada kulla syai, man faqadallah faqada kulla syai”

artinya : Barang siapa kenal kepada Allah maka ia akan mendapatkan segala-galanya

Barang siapa yang kehilangan Allah (tidak kenal Allah) maka ia kehilangan segala-galanya.”

( Kumpulan Khutbah jum’at romo kyai).

Dalam kitab kimiyai saadat, bahwa ada tiga jenis manusia yang tiadak akan bisa memahami alqur’an :

- Pertama : Seorang yang tidak memahami bahasa arab

-Kedua : Orang yang berkekalan dengan dosa-dosa besar dan bid’ah. Ini karena dosa dan amalan bid’ah itu akan menghitamkan hatinya yg menyebabkan dia tidak mampu memahami alqur’an.

_ketiga : Orang yang yakin hanya terhadap makna-makna dhahir saja dalam hal-hal aqidah (mengambil makna dhohir dari ayat/hadits mutasyabihat, aqidahnya bermasalah: mu’tazillah, mujasimmah dsb). Perasaanya tidak dapat menerima apabila dia membaca ayat alqu’an yang bertentangan dengan keyakinannya itu. Orang yang demikian tidak akan bisa memahami alqur’an.

“Ya Allah Peliharalah kami daripada mereka!”

Rujukan :

Al hikam, ibnu athoillah alasykanadary

Buletin Islam Al Ilmu Edisi 31/II/I/1425. (Buletin sesat wahaby)

Fadhilah alqu’an penjelasan hadith ke 18, hal 25-27, Syaikh Maulana Zakariyya, era ilmu kuala lumpur.

Kumpulan Khutbah Jum’at romo kyai, ponpes alfatah -temboro, magetan jawa timur.

Muntakhob ahadits, syaikh sa’ad, Pustaka ramadhan , Bandung.

Lampiran Hadits-hadits Pendukung:

1. Nasihat imam syafei :

Dar al-Jil Diwan (Beirut 1974) p.34

Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48

Artinya :

فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح

فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح

Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.

Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?

[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

sayang bait dari diwan ini telah dihilangkan oleh wahaby laknatullah dalam kitab diwan safei yg dicetak oleh percetakan wahaby…..

2. Nashihat IMAM MALIK RA:

و من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق
من تفقه و لم يتصوف فقد تفسق
و من جمع بينهما فقد تخقق

“ dia yang sedang Tasawwuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawwuf rusaklah dia . hanya dia siapa memadukan keduannya terjamin benar .

Hikmah kisah Hassan basri rah. dan Rabi’atul-Adawiyyah rah.

Hassan Basri rah. berkata dengan niat hendak menunjukkan keramatnya kepada orang lain yang ia dapat menguasai air (seperti Nabi Isa a.s. boleh berjalan di atas air). Rabi’atul-Adawiyyah berkata, “Hassan, buangkanlah perkara yang sia-sia itu. Jika kamu hendak benar memisahkan diri dari perhimpunan Aulia’ Allah, maka kenapa kita tidak terbang sahaja dan berbincang di udara?” Rabi’atul-adawiyyah berkata bergini kerana beliau ada kuasa berbuat demikian tetapi Hassan tidak ada berkuasa seperti itu. Hassan meminta maaf. Rabi’atul-Adawiyyah berkata, “Ketahuilah bahawa apa yang kamu boleh buat, ikan pun boleh buat dan jika aku boleh terbang, lalat pun boleh terbang. Buatlah suatu yang lebih dari perkara yang luarbiasa itu. Carilah ianya dalam ketaatan dan sopan-santun terhadap Allah.”

Rahsia Solat Dhuha

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs827.snc4/68706_10150314817635192_805390191_15882618_8135349_n.jpg


Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]

Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]

Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Anjuran Shalat Dhuha

Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]

Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.

Waktu Afdol untuk Shalat Dhuha

Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim]

Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.

Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 08:00 AM ~ 11:00 PM

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

>> 4 RAKAAT
Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah]

>> 12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

>> 8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”
[HR. Muslim]

Tata Cara Shalat Dhuha

1. Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.

2. Membaca surah Al-Fatihah

3. Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.

4. Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.

5. Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.

6. Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.

catatan :
>> Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam.

>> Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan.

>> Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan.

>> Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Do’a Sesudah Shalat Dhuha

ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA – WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA – WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA.
ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA.
AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.

Artinya:

“Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU – dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah – dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU.
Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.

Tuesday, October 19, 2010

20 Amalan Menambahkan Rezeki.

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs137.snc4/37171_436209073156_315009743156_5386154_2579152_n.jpg

Amalan-amalan ini menjadi sebab Allah limpahi hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya. Berdasarkan konsep rezeki yang telah diperkatakan, Allah memberi jalan buat setiap hamba-Nya untuk memperolehi rezeki dalam pelbagai bentuk yang boleh menjadi punca kebaikan dunia dan akhirat. Di antaranya:

1. Menyempatkan diri beribadah
Allah tidak sia-siakan pengabdian diri hamba-Nya, seperti firman-Nya dalam hadis qudsi:
“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah r.a.)

2. Memperbanyak istighfar
Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan Allah , yang menjadi sebab Allah jatuh kasih dan kasihan pada hamba-Nya lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba. Sabda Nabi s.a.w.:
“Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah s.w.t akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas r.a.)

3.Tinggalkan perbuatan dosa
Istighfar tidak laku di sisi Allah jika masih buat dosa. Dosa bukan saja membuat hati resah malah menutup pintu rezeki. Sabda Nabi s.a.w.:
“… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)

4. Sentiasa ingat Allah
Banyak ingat Allah buatkan hati tenang dan kehidupan terasa lapang. Ini rezeki yang hanya Allah beri kepada orang beriman. Firman-Nya:
“(iaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah . Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

5. Berbakti dan mendoakan ibu bapa
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar siapa yang ingin panjang umur dan ditambahi rezekinya, hendaklah berbakti kepada ibu bapanya dan menyambung tali kekeluargaan. Baginda s.a.w. juga bersabda:
“Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)
Mendoakan ibu bapa juga menjadi sebab mengalirnya rezeki, berdasarkan sabda Nabi s.a.w.:
“Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya nescaya terputuslah rezeki (Allah ) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

6. Berbuat baik dan menolong orang yang lemah
Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuklah menggembirakan dan meraikan orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin, juga isteri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w.:
“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Tunaikan hajat orang lain
Menunaikan hajat orang menjadi sebab Allah lapangkan rezeki dalam bentuk tertunainya hajat sendiri, seperti sabda Nabi s.a.w.:
“Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah akan menunaikan hajatnya…” (Riwayat Muslim)

8. Banyak berselawat
Ada hadis yang menganjurkan berselawat jika hajat atau cita-cita tidak tertunai kerana selawat itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat. Wallahu a’lam.

9. Buat kebajikan banyak-banyak
Ibnu Abbas berkata:
“Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya kepada hati, kemurahan rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain. Manakala kejahatan pula boleh menggelapkan rupa, menggelapkan hati, melemahkan tubuh, sempit rezeki dan makhluk lain mengutuknya.”

10. Berpagi-pagi
Menurut Rasulullah s.a.w., berpagi-pagi (memulakan aktiviti harian sebaik-baik selesai solat Subuh berjemaah) adalah amalan yang berkat.

11. Menjalin silaturrahim
Nabi s.a.w. bersabda:
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dilambatkan ajalnya maka hendaklah dia menghubungi sanak-saudaranya.” (Riwayat Bukhari)

12. Melazimi kekal berwuduk
Seorang Arab desa menemui Rasulullah s.a.w. dan meminta pedoman mengenai beberapa perkara termasuk mahu dimurahkan rezeki oleh Allah . Baginda s.a.w. bersabda:
“Sentiasalah berada dalam keadaan bersih (dari hadas) nescaya Allah akan memurahkan rezeki.” (Diriwayatkan daripada Sayidina Khalid al-Walid)

13. Bersedekah
Sedekah mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah buka pintu rezeki. Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam:
“Hai Zubair, ketahuilah bahawa kunci rezeki hamba itu ditentang Arasy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada orang lain, nescaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, nescaya Allah menyedikitkan baginya.” (Riwayat ad-Daruquthni dari Anas r.a.)

14. Melazimi solat malam (tahajud)
Ada keterangan bahawa amalan solat tahajjud memudahkan memperoleh rezeki, menjadi sebab seseorang itu dipercayai dan dihormati orang dan doanya dimakbulkan Allah .

15. Melazimi solat Dhuha
Amalan solat Dhuha yang dibuat waktu orang sedang sibuk dengan urusan dunia (aktiviti harian), juga mempunyai rahsia tersendiri. Firman Allah dalam hadis qudsi:
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

16. Bersyukur kepada Allah
Syukur ertinya mengakui segala pemberian dan nikmat dari Allah . Lawannya adalah kufur nikmat. Allah berfirman:
“Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur, nescaya Aku tambahi nikmat-Ku kepadamu, dan demi sesungguhnya jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku amat keras.” (Ibrahim: 7) Firman-Nya lagi: “… dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145)

17. Mengamalkan zikir dan bacaan ayat Quran tertentu
Zikir dari ayat-ayat al-Quran atau asma’ul husna selain menenangkan, menjenihkan dan melunakkan hati, ia mengandungi fadilat khusus untuk keluasan ilmu, terbukanya pintu hidayah, dimudahkan faham agama, diberi kemanisan iman dan dilapangkan rezeki.
Misalnya, dua ayat terakhir surah at-Taubah (ayat 128-129) jika dibaca secara konsisten tujuh kali setiap kali lepas solat, dikatakan boleh menjadi sebab Allah lapangkan kehidupan dan murahkan rezeki.
Salah satu nama Allah , al-Fattah (Maha Membukakan) dikatakan dapat menjadi sebab dibukakan pintu rezeki jika diwiridkan selalu; misalnya dibaca “Ya Allah ya Fattah” berulang-ulang, diiringi doa: “Ya Allah , bukalah hati kami untuk mengenali-Mu, bukalah pintu rahmat dan keampunan-Mu, ya Fattah ya ‘Alim.” Ada juga hadis menyebut, siapa amalkan baca surah al-Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kepapaan. Wallahu a’lam.

18. Berdoa
Berdoa menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah , penuh bergantung dan mengharap pada rahmat dan pemberian dari-Nya. Dalam al-Quran, Allah suruh kita meminta kepada-Nya, nescaya Dia akan perkenankan.

19. Berikhtiar sehabisnya
Siapa berusaha, dia akan dapat. Ini sunnatullah. Dalam satu hadis sahih dikatakan bahawa Allah berikan dunia kepada orang yang dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, tapi agama hanya Allah beri kepada orang yang dicintai-Nya saja. (Riwayat Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Bagi orang beriman, tentulah dia perlu mencari sebab-sebab yang boleh membawa kepada murah rezeki dalam skop yang luas. Misalnya, hendak tenang dibacanya Quran, hendak dapat anak yang baik dididiknya sejak anak dalam rahim lagi, hendak sihat dijaganya pemakanan dan makan yang baik dan halal, hendak dapat jiran yang baik dia sendiri berusaha jadi baik, hendak rezeki berkat dijauhinya yang haram, dan sebagainya.

20. Bertawakal
Dengan tawakal, seseorang itu akan direzekikan rasa kaya dengan Allah . Firman-Nya:
“Barang siapa bertawakal kepada Allah , nescaya Allah mencukupkan (keperluannya) .” (At-Thalaq: 3)
Nabi s.a.w. bersabda:
“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)
Kesemua yang disebut di atas adalah amalan-amalan yang membawa kepada takwa. Dengan takwa, Allah akan beri “jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkan) , dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya.” (At-Talaq: 2-3)
Pendek kata, bagi orang Islam, untuk murah rezeki dalam ertikata yang sebenarnya, kuncinya adalah buat amalan-amalan takwa. Amalan-amalan ini menjadi sebab jatuhnya kasih sayang Allah , lalu Allah limpahi hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya.

Wednesday, October 6, 2010

Amalan ziarah rapatkan kasih sayang

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs113.ash2/39010_107333179321225_100001336308550_52408_6020500_n.jpg

ANTARA amalan terpuji yang menjadi budaya umat Islam di negara ini ketika Aidilfitri ialah ziarah atau kunjung mengunjung antara satu sama lain. Amalan ini memberi manfaat besar dalam konteks persaudaraan dan perpaduan ummah.
Amalan ziarah membolehkan yang jauh menjadi dekat, renggang menjadi rapat, bersengketa menjadi damai dan susah menjadi mudah. Maka dengan amalan ziarah akan terbentuklah ikatan kasih sayang yang mengeratkan sesama insan.

Asal keturunan manusia berpunca daripada ibu bapa yang sama iaitu Nabi Adam AS dan Hawa. Sebab itulah Islam mengajak manusia saling mengenali, menghormati, bekerjasama dan memahami sesama insan.

Firman Allah bermaksud: “Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, oleh itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Surah al-Hujuraat, ayat 10)

Islam mempunyai sistem cara hidup yang sempurna merangkumi bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Oleh itu, ketika mengadakan ziarah, bertamu dan makan pun mempunyai adab tertentu melambangkan tamadun, keperibadian dan tama’ninah seseorang.

Berdasarkan al-Quran dan amalan Rasulullah SAW, antara peraturan serta adab perlu diberi perhatian ketika berziarah dan bertamu ialah berniat baik di atas kunjungannya, jangan dibezakan antara orang kaya atau miskin, terimalah undangan untuk menggembirakan pihak yang mengundang serta mengelak daripada terbabit aktiviti syubhat.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Janganlah engkau makan melainkan makanan orang yang bertakwa dan jangan pula makan makananmu itu melainkan yang membawa kepada takwa.” (Hadis riwayat Abu Daud dan al-Tirmizi)

Semasa berkunjung, hendaklah memilih waktu yang sesuai dan cuba elakkan berkunjung pada awal pagi, tengah hari dan larut malam kerana kebiasaan waktu itu tuan rumah ingin beristirahat atau membuat persiapan keperluan keluarga.

Selaku tetamu, sangat digalakkan supaya berjabat tangan dengan tuan rumah seperti sabda Nabi SAW yang bermaksud: “Tidak ada dua orang Muslim yang bertemu, lalu saling berjabat tangan, kecuali kedua-duanya diampuni Allah SWT sebelum berpisah.”

Walaubagaimanapun, amalan berjabat tangan mestilah dilakukan mengikut lunas Islam. Sebagai tetamu juga, tidak sepatutnya bebas melakukan apa saja di rumah orang lain kerana perbuatan itu akan mengganggu dan tidak disenangi tuan rumah.

Manakala bagi pihak tuan rumah, Islam turut menggariskan beberapa adab yang perlu dipelihara serta dihayati antaranya menghormati dan memuliakan tetamunya. Pada masa sama, tuan rumah juga disarankan menghidangkan jamuan yang terbaik mengikut kadar kemampuan.

Janganlah ada maksud untuk berbangga-bangga tetapi tujuannya adalah merapatkan seluruh kawan serta memberikan kegembiraan dalam jiwa tetamu. Memuliakan dan melayan tetamu dengan baik adalah amalan para nabi dan rasul terdahulu.

Satu lagi adab penting yang ada kaitan dengan ziarah ialah menjaga adab makan-minum seperti memulakan makan dengan membaca Bismillah, mengakhiri dengan Alhamdulillah serta menghindari diri daripada kenyang yang melampau batas.

Justeru, dalam kemeriahan menyambut Aidilfitri, ahli keluarga jangan lupa mendidik anak memelihara adab ketika berziarah.

Sebagai peringatan, renungkanlah firman Allah SWT bermaksud: “Wahai orang beriman, janganlah kamu masuk ke rumah Nabi, kecuali kamu diizin untuk menghadiri jamuan, bukan dengan menunggu masa sajiannya; tetapi apabila kamu dijemput maka masuklah; kemudian setelah kamu makan maka hendaklah kamu bersurai dan janganlah dengan berbual-bual. Sesungguhnya yang demikian itu mengganggu Nabi sehingga ia merasa malu kepada kamu, sedang Allah tidak malu daripada menyatakan kebenaran.” (Surah al-Ahzab, ayat 53

Puasa Syawal tampung kekurangan ibadah Ramadan

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs020.ash2/34338_1533206772947_1318128282_1429515_4955062_n.jpg

Oleh Aminudin Mansor
Menumbuhkan kekuatan jiwa manusia dalam mengawal nafsu syahwat
SETELAH berpuasa selama sebulan pada Ramadan dan merayakan Aidilfitri, umat Islam sangat digalakkan berpuasa sunat Syawal selama enam hari bagi mengimbangi kesihatan yang telah menikmati pelbagai makanan ketika hari raya. Puasa enam hari pada Syawal juga dapat melatih kembali hati dan diri daripada godaan nafsu.

Puasa sunat Syawal boleh dilakukan enam hari pada bulan Syawal, berturut-turut atau terpisah asalkan tidak sampai melewati bulan berkenaan. Pada hari raya pertama dilarang berpuasa.

Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa berpuasa Ramadan (penuh) lalu diikuti dengan berpuasa enam hari pada Syawal maka dia seperti berpuasa seumur hidup.” – (Riwayat Muslim).

Sementara dalam satu hadis yang lain Nabi SAW yang bermaksud: “Berpuasa sebulan (pada Ramadan itu disamakan) dengan sepuluh bulan berpuasa dan berpuasa enam hari selepasnya (di bulan Syawal disamakan) dengan dua bulan berpuasa, maka yang sedemikian itu (jika dicampurkan menjadi) genap setahun.” – (Riwayat ad-Darimi).

Puasa sunat Syawal ini adalah untuk menampung kekurangan yang ada ketika puasa Ramadan kita. Misalnya, kebanyakan daripada kita hanya berpuasa secara menahan lapar dan dahaga saja. Sedangkan, perkara lain harus diberi perhatian seperti puasa telinga, lidah dan sebagainya. Maka puasa sunat Syawal adalah untuk menampung kekurangan yang terdapat dalam puasa fardu.

Umat Islam hendaklah banyak melakukan amalan sunat seperti banyak bersembahyang sunat, membaca al-Quran, bersedekah dan berpuasa sunat untuk menguatkan iman kita. Selain itu, kita dapat mengemaskan amalan wajib, kita juga dianjurkan memperbanyak amalan sunat.

Ini disebabkan amalan sunat menyempurnakan amalan wajib kita. Meninggikan pangkat dan darjat kita di syurga serta dapat meningkatkan ketakwaan kepada-Nya. Dalam melaksanakan amalan sunat ini, perlu kita ingat, jangan sampai melalaikan perkara yang wajib.

Sebagai contoh kita hendak mengejar tahajud malam sehingga terlewat dan tertinggal sembahyang Subuh atau tidak berpuasa Ramadan tetapi menunaikan puasa sunat Syawal. Selain itu, banyak melakukan sedekah dan ibadah sunat tetapi tidak bersilaturahim sesama manusia kerana bersilaturahim itu hukumnya wajib dan perlu dilaksanakan dulu.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, menjelaskan mengenai tatacara berpuasa iaitu jika kamu berpuasa, janganlah kamu menyangka bahawa berpuasa itu cuma meninggalkan makan, minum dan bersetubuh. Bahkan juga menahan mata daripada memandang sesuatu yang dibenci oleh Allah, menahan lisan daripada mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat, menahan telinga daripada mendengar sesuatu yang diharamkan oleh Allah, kerana sesungguhnya pendengaran itu menemani orang yang berbicara.

Selain itu menurutnya lagi, masing-masing daripada keduanya adalah pengumpat. Begitu juga kamu mencegah seluruh anggota tubuh seperti mencegah perut dan kemaluan. Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak menghendaki puasanya, hanya lapar dan dahaga saja.” – (Riwayat Al Bukhari).

Ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang besar, antaranya adalah menguatkan kemahuan dan menumbuhkan kekuatan dan kedapatan jiwa manusia dalam mengawal nafsu syahwatnya.

Puasa juga perisai kepada kekuatan rohani. Pelbagai penyakit rohani dapat dihalang dengan berpuasa. Antaranya ialah hasad dengki, sombong, riak, memfitnah, mengumpat, melakukan perbuatan zalim, berdusta, marah, mencaci-maki, mungkir janji, bercakap bohong dan menipu.

Dengan berpuasa termasuk puasa sunat dapat merawat pelbagai penyakit rohani seperti mengingati Allah SWT, mengerjakan solat, bertaubat, takut kepada Allah SWT, mujahadah, musahabah diri, sabar, qanah, warak, zuhud, tawaduk, istiqamah, takwa dan menjauhkan makanan dan minuman haram.

6 Cara capai istiqamah dalam amal ibadat

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs508.snc3/26672_1528723340864_1318128282_1415231_1765857_n.jpg


DIkirim oleh epondok di September 22, 2010

RAMADAN sudah meninggalkan kita. Namun, apakan daya, begitulah putaran hidup kita di dunia ini yang sentiasa beredar mengikut ketentuan Allah.
Marilah kita bersama-sama berdoa agar kita diberi kesempatan untuk bertemu Ramadan tahun depan dan tahun berikutnya. Besar harapan kita supaya segala pengabdian dan pengajaran yang berlaku sepanjang Ramadan lalu menjadikan kita seorang yang lebih berkualiti di hadapan Allah.

Kita bukan saja sedih dengan pemergian Ramadan tetapi yang perlu sangat disedihkan ialah apa saja yang kita dapat dan pelajari semasa beribadat sepanjang tempoh bulan Ramadan sebulan lalu. Perkara pertama dan paling susah untuk dilakukan ialah bagaimana hendak menjadi istiqamah dengan amalan kita. Ada orang sepanjang Ramadan ke masjid tidak pernah tinggal tetapi selepas Ramadan, dia tidak lagi ke surau dan masjid. Itu tidak istiqamah namanya. Ketika Ramadan baca al-Quran tidak henti-henti tetapi selepas Ramadan dia berhenti membaca al-Quran. Sedekah bukan main, bersedekah umpama dermawan namun apabilau Ramadan berlalu, dia kembali kedekut. Itu juga tidak istiqamah namanya. Ada yang membantu anak yatim sepanjang Ramadan. Segalanya diberi untuk anak yatim namun apabila Ramadan berlalu, anak yatim ditinggalkan. Sebenarnya bantuan kepada anak yatim mesti berterusan sebab anak yatim bukan hanya hidup 30 hari setahun, mereka hidup macam kita juga sebanyak 365 hari setahun.

Istiqamah adalah sifat Muslim sejati. Ia ada pada orang yang kuat mujahadahnya. Rasulullah pernah bersabda maksudnya: “Rambut aku menjadi uban kerana surah Nuh.” Ayat yang sangat banyak Nabi fikirkan ialah ayat yang berbunyi maksudnya: “Hendaklah kamu beristiqamah terhadap apa yang aku perintahkan.” Kerana terlalu banyak memikirkan ayat itu hingga al-Rasul menjadi beruban. Maksud ayat itu ialah Rasul berfikir bagaimana hendak melaksanakan perintah Allah dan pada masa yang sama bagaimana juga hendak menanggung risiko tindak balas dan ancaman daripada kaum musyrikin kota Makkah.

Ada baiknya kalau kita lihat sedikit panduan untuk mendapat istiqamah.

Pertama, banyakkan berdoa. Doa khusus ialah minta Allah anugerahkan pada kita supaya sentiasa beristiqamah. Doa sebenarnya satu visi. Jika di minda ada tergambar untuk mendapatkan istiqamah sudah tentu jadi pendorong, apabila malas akan teringat pada visi.

Kedua, berkawanlah dengan mereka yang komited dengan kebaikan. Kawan baik ialah kawan yang membantu kita berbuat baik. Kawan baiklah kawan yang mendorong kita ke syurga. kawan yang baik ialah kawan yang menghalang kita daripada terjerumus ke neraka.

Ketiga, untuk beristiqamah ialah dengan menulis matlamat yang kita nak capai dan lekatkan di mana-mana tempat di rumah atau pejabat serta mudah dilihat. Ia bertujuan supaya kita tidak mudah lupa maklumlah Ramadan datang setahun sekali.

Keempat, apabila sudah dapat kita tunaikan amalan yang kita nak beristiqamah, iaitu apabila amalan itu sudah mula sebati dengan jiwa kita buatlah kenduri iaitu raikanlah kejayaan kita itu dengan doa selamat dengan menjemput sahabat terdekat.

Kelima ialah dengan berdialog dengan diri sendiri. Biar diri kita yang memujuk diri sendiri dengan membandingkan istaqamah orang-orang dulu. Sekiranya mereka dapat melakukannya kenapa kita tidak? Mereka juga manusia seperti kita.

Keenam, bayangkan pahala besar yang menanti kita apabila kita dapat beristiqamah. : ‘Semoga Allah menerima amalan kita dan amalanmu’”.